Jumat, 15 Oktober 2010

Kakak Tua


Bangsa kita ini memang ada perasaan tak bersyukur…. Kekayaan alam yang melimpah ruah di seantero negeri hanya dibuang eceran. Diburu, ditembak, dijual, diselundupkan, dll. Ada yang terbunuh tanpa makna.
Sungguh ini adalah perusakan alam saudara – saudara !!!!. Bukankah kita dilarang untuk membuat kerusakan di muka bumi…???
Ingatlah .. suatu saat kekayaan alam kita bisa saja diangkat oleh Yang Maha Memberi.
Perburuan Liar Ancam Populasi Kakatua Seram
Temand – temand,,,, ane kasi tau yeee,,,
Populasi burung kakatua Seram (Cacatua moluccensis) di Taman Nasional Manusela terus menurun akibat perburuan liar. Satwa endemik di Pulau Seram, Provinsi Maluku itu diperkirakan tinggal 400 ekor dari 1.000 ekor pada akhir 1990-an. Kakatua berbulu putih dengan jambul oranye ini dijual ke Ambon, Bali dan Jakarta.
Lebih parahnya lagi, perburuan liar juga mengancam satwa liar lainnya seperti nuri raja (Alisterus amboinensis), nuri kepala hitam (Lorius domicella), rusa ( Cervus timorensis moluccensis) dan kasuari (Casuarius casuarius).
Katanya Pak Supriyanto, Kepala Balai Taman Nasional Manusela, perburuan liar merupakan ancaman utama bagi kakatua Seram. Para pemburu sebagian besar justru masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. Mereka menggunakan alat-alat berburu tradisional seperti jerat dan jebakan burung. “Perburuan kakatua masih banyak dilakukan di desa-desa terpencil. Para pemburu biasanya berjalan kaki, 3 hari hingga 4 hari untuk berburu,” said Supriyanto. < “said” = “katanye”>
Berdasarkan penelusuran in Ambon, kakatua Seram biasa dijual sekitar Rp 500 ribu per ekor. Kakatua dibawa ke Ambon dengan menumpang kapal-kapal pelayaran rakyat yang sandar di pelabuhan Slamet Riyadi. Pengawasan terhadap perdagangan satwa liar di Ambon oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam masih sangat longgar. Masyarakat leluasa membawa satwa dilindungi itu tanpa halangan petugas.
Perburuan liar, lanjut Mr.Supriyanto, terus menurunkan populasi burung endemik di Pulau Seram itu. Saat ini, perlu saudara – saudara ketahui,,,, hanya ada sekitar 400 ekor kakatua Seram yang tersebar di Sawai, Masihulan dan Wahai. Populasi di sekitar lokasi ekowisata Teluk Sawai dan Masihulan diperkirakan sekitar 100 ekor.
Populasi kakatua di lokasi itu relatif terjaga because ada Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) yang melibatkan peran masyarakat lokal. Satwa liar yang berhasil diselamatkan dari perburuan maupun perdagangan liar direhabilitasi di PRS sebelum dilepas ke habitat aslinya.
Mr.Supriyanto bilang lagiiii, PRS mempekerjakan para mantan pemburu satwa sebagai karyawan. Mantan – mantan pemburu itu, kini menjadi pelindungi hutan yang menjadi habitat satwa liar. Kegiatan itu mampu menekan perburuan satwa liar yang sempat marak di Sawai dan Masihulan. Masyarakat di sekitar Sawai dan Masihulan juga dibina untuk mengelola desa ekowisata.
Kegiatan andalan adalah pengamatan burung dari menara setinggi 25 meter, pendakian, penelusuran goa dan menyelam. Di teluk Sawai yang jernih dengan terumbu karang yang indah juga ada penginapan terapung untuk para wisatawan.
“Kita berusaha mengembangan ekowisata ini supaya masyarakat memperoleh penghasilan, sehingga meninggalkan perburuan satwa liar. Saat ini, kunjungan wisata masih sedikit, sekitar 150 turis asing setiap tahun,” ujar Supriyanto.
Taman Nasional Manusela ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 281/Kpts-IV/1997. Kawasan konservasi seluas 189.000 hektar ini merupakan gabungan Cagar Alam Wai Nua dan Cagar Alam Wai Mual. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati 241 jenis pohon, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis lumut, 96 jenis anggrek, 196 jenis aves, 24 mamalia, 200 jenis kumbang, 90 jenis kupu-kupu 46 jenis reptil , 19 jenis ikan air tawar dan 8 jenis ampibi. Heeemmmmh tinggal sedikit kan jumlah keaneka ragaman hayati nyaaaa,,,,,
So, jangan di buruterus! Jangan di habiskan ! Nanti anak cucu kita gak tau yang namanya burung kakak tua itu yang gimana???? Repot kan jadinya,,,,,,???

0 komentar:

Posting Komentar